February 6, 2025

Dugaan Kasus KKN di Era Jokowi Jadi Sorotan Diaspora RI di AS

  • January 24, 2025
  • 3 min read
Dugaan Kasus KKN di Era Jokowi Jadi Sorotan Diaspora RI di AS

Jakarta, Gatranews.id – Kondisi sosial, politik, ekonomi, dan hukum Indonesia kembali menjadi sorotan tajam setelah laporan Organised Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) menempatkan Presiden Joko Widodo sebagai salah satu finalis dalam daftar “presiden terkorup di dunia”. Laporan ini memicu diskusi panas terkait tata kelola pemerintahan dan maraknya korupsi di Tanah Air.

Jon A. Masli, seorang diaspora Indonesia di Amerika Serikat dan penasihat korporasi, menyampaikan pandangannya mengenai kondisi tersebut. “Indonesia saat ini tidak baik-baik saja. Korupsi semakin merajalela, sementara demokrasi, hukum, dan konstitusi dipermainkan oleh oknum penguasa dan politikus korup yang berkolaborasi dengan pengusaha oligarki rakus,” ujar Jon dalam keterangannya.

Kasus Pagar Laut Jadi Sorotan

Salah satu kasus yang mendapat perhatian luas adalah dugaan korupsi dalam proyek “Pagar Laut” yang melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono, mendapat kritik tajam dari anggota Komisi IV DPR, Firman Subagio, terkait penanganan kasus ini. “Rakyat merasa kecewa dengan kualitas moralitas dan kompetensi para pejabat yang seharusnya melindungi kepentingan bangsa,” tegas Firman dalam rapat dengar pendapat di DPR.

Proyek ini juga dikaitkan dengan PT Agung Sedayu, salah satu konglomerasi besar yang diduga terlibat. Pemilik perusahaan tersebut, yang dikenal dengan nama Aguan, menjadi sorotan warganet terkait dugaan monopoli sumber daya alam. Jon menambahkan, “Kasus ini harus dibuktikan secara hukum, tetapi stigma negatif terkait praktik korupsi terorganisir memang semakin kuat di masyarakat.”

Penurunan Indeks Demokrasi dan Korupsi

Dalam lima tahun terakhir, indeks demokrasi dan indeks pemberantasan korupsi di Indonesia menunjukkan tren penurunan. Menurut Jon, masyarakat merasa dipertontonkan drama korupsi tanpa akhir, mulai dari kasus BLBI hingga kasus-kasus baru seperti Harvey Moeis yang terlibat korupsi triliunan rupiah namun hanya dihukum ringan.

“Di mata rakyat, hukum seakan bisa dibeli dan dipermainkan oleh oknum penguasa. Ini menggerus kepercayaan publik terhadap institusi negara, termasuk DPR, Polri, dan KPK,” lanjutnya.

Diaspora: Waspada Potensi Konflik

Jon juga mengungkapkan kekhawatiran diaspora Indonesia di Amerika Serikat mengenai potensi konflik horizontal yang disebabkan oleh praktik korupsi dan ketidakadilan. “Banyak diaspora masih trauma dengan peristiwa Mei 1998. Jika pola KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) ini tidak diakhiri, dikhawatirkan akan muncul konflik SARA yang kita semua tidak inginkan,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa tidak semua pengusaha Tionghoa terlibat dalam praktik korupsi. Sebaliknya, banyak dari mereka adalah masyarakat kelas menengah yang juga ingin hidup dalam keadilan dan stabilitas. “Pemerintahan Presiden Prabowo harus mampu memberantas korupsi secara menyeluruh demi mencegah disrupsi lebih lanjut,” imbuhnya.

Harapan untuk Pemerintahan Baru

Jon menutup pernyataannya dengan pesan tegas bagi para oknum yang terlibat dalam korupsi dan kejahatan terorganisir. “Bertobatlah! Kalian sudah kaya raya. Jangan lagi merusak negara dengan keserakahan. Rakyat gemas melihat ulah para pengkhianat bangsa ini,” pungkasnya.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, masyarakat Indonesia kini menantikan langkah nyata untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan dan memulihkan kepercayaan publik. Harapan besar pun disematkan pada pemerintahan yang akan datang untuk membawa perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *