December 1, 2024

Strategi Politik “Asal Bukan Anies” di Pilkada Jakarta 2024

  • August 31, 2024
  • 4 min read
Strategi Politik “Asal Bukan Anies” di Pilkada Jakarta 2024

Jakarta, Gatranews.id – Anies Baswedan menjadi sorotan utama dalam Pilkada Jakarta 2024. Dalam berbagai survei, termasuk survei terbaru dari LSI Denny JA pada Agustus 2024, elektabilitas Anies tetap mendominasi. Denny JA menyatakan, “Elektabilitas Anies Baswedan di Pilkada DKI 2024 berada di posisi tertinggi, jauh melampaui kandidat lainnya.”

Namun, meskipun memiliki elektabilitas tinggi, Anies Baswedan harus mengubur mimpinya untuk kembali ke kursi Gubernur Jakarta. Tidak ada satu pun partai politik yang memiliki syarat pencalonan yang bersedia mencalonkannya. “Situasi ini sungguh aneh mengingat tingginya popularitas Anies,” ujar seorang pengamat politik yang enggan disebutkan namanya.

Padahal, jika Anies mendapatkan tiket pencalonan, ia tidak hanya berpotensi besar untuk memenangkan Pilkada DKI 2024, tetapi juga menjadi calon presiden yang kuat pada Pemilu 2029. “Anies bisa menjadi calon presiden yang lebih kuat pada 2029 dibandingkan elektabilitasnya saat maju sebagai capres 2024,” tambah Denny JA.

Keputusan partai-partai besar untuk tidak mencalonkan Anies juga memunculkan berbagai spekulasi dan analisis. Salah satu teori yang menarik adalah adanya strategi “Politik Asal Bukan Anies,” yang disebut-sebut dikembangkan oleh lingkaran dekat empat presiden Indonesia, baik yang saat ini menjabat maupun yang sudah tidak lagi.

Presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto, menjadi salah satu tokoh yang diduga terlibat dalam strategi ini. Prabowo pernah merasa tersinggung dengan penilaian Anies terhadap kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan. “Betapa kinerjanya sebagai Menhan dinilai hanya 11 persen oleh Anies dalam kampanye presiden tempo hari,” ungkap Denny JA. Lingkaran Prabowo pun menyadari bahwa Anies menjadi Gubernur DKI periode sebelumnya berkat dukungan Prabowo. Jika Anies kembali memimpin Jakarta, ia berpotensi menjadi pesaing berat bagi Prabowo dalam Pilpres 2029.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga disebut memiliki kepentingan besar untuk memastikan kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Proyek besar ini diperkirakan memerlukan waktu hingga 20 tahun untuk dapat terealisasi dengan baik. “Anies secara terbuka menentang proyek IKN saat kampanye Pilpres 2024, dan hal ini jelas bertentangan dengan visi Jokowi,” ujar seorang analis politik dari lembaga riset independen. Bagi Jokowi dan pendukungnya, sikap politik Anies terhadap IKN menjadi salah satu alasan penting untuk tidak mendukungnya kembali menjadi gubernur.

Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga tidak lepas dari cerita ini. SBY sempat berharap Anies akan berpasangan dengan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam Pilpres 2024. Namun, kenyataannya, Anies memilih berpasangan dengan Muhaimin Iskandar. Keputusan ini memicu kekecewaan mendalam dari SBY. “SBY Marah dan Kecewa ke Anies: Sekarang Saja Tak Jujur,” demikian salah satu judul berita yang sempat ramai pada saat itu.

Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden RI sekaligus Ketua Umum PDIP, juga disebut memiliki memori politik yang kurang menyenangkan terkait Anies. Pada Pilkada DKI 2017, Anies yang didukung oleh kelompok FPI dengan narasi “NKRI Bersyariat” berhasil mengalahkan Ahok, calon dari PDIP. Meskipun Anies dikenal sebagai tokoh Islam moderat, kedekatannya dengan kelompok tersebut meninggalkan jejak yang sulit dilupakan oleh Megawati dan PDIP. “PDIP sangat mementingkan nilai nasionalisme, dan kedekatan Anies dengan kubu NKRI Bersyariat menjadi catatan khusus bagi kami,” ujar seorang kader senior PDIP.

Dengan berbagai kepentingan dari lingkaran dekat keempat presiden ini, muncul dugaan bahwa strategi “Politik Asal Bukan Anies” telah menyebabkan Anies kesulitan mendapatkan dukungan partai untuk maju dalam Pilkada DKI 2024. “Ini adalah strategi politik yang sangat kompleks dan terstruktur,” kata Denny JA.

Namun demikian, bukan berarti karier politik Anies Baswedan telah berakhir. Anies masih memiliki modal politik yang sangat kuat dengan tingkat pengenalan di atas 90 persen dan disukai oleh lebih dari 70 persen publik. “Anies tak akan mati di dunia politik selama ia berhasil menciptakan panggung baru yang relevan,” tambah Denny JA. Panggung baru tersebut, menurut Denny, bisa berupa organ atau isu yang membuat Anies terus muncul di hadapan publik hingga Pilpres 2029.

Dalam dunia politik yang penuh kejutan, siapa yang akan bertahan atau kembali berkibar seringkali tergantung pada momen-momen tak terduga. Anies Baswedan, dengan segala pengalaman dan popularitasnya, masih memiliki peluang besar untuk mengukir sejarah baru di masa depan. “Politik tak pernah berhenti memberi kejutan,” pungkas Denny JA.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *