March 24, 2025

PLN Umumkan RUPTL Terbaru, Fokus pada Inisiatif Energi Hijau Terbesar dalam Sejarah

  • August 8, 2024
  • 3 min read
PLN Umumkan RUPTL Terbaru, Fokus pada Inisiatif Energi Hijau Terbesar dalam Sejarah

Jakarta, Gatranews.id – PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mempercepat transisi energi di Indonesia dengan meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru yang akan menggantikan RUPTL 2021-2030.

Pengumuman ini disampaikan dalam acara Katadata Sustainability for The Future Economy (SAFE) 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono, mengungkapkan bahwa RUPTL terbaru ini akan menjadi langkah signifikan dalam upaya perusahaan untuk mencapai target nol emisi bersih.

Rencana ini mencakup peningkatan signifikan dalam kontribusi energi baru terbarukan (EBT), dengan target 75 persen dari total kapasitas pembangkit, naik dari 51 persen yang ditetapkan dalam rencana sebelumnya. Sisanya, sekitar 25 persen, akan dihasilkan dari pembangkit berbasis gas.

“Tentu ini berangkat dari komitmen PLN untuk mempercepat transisi energi demi mencapai nol emisi bersih,” kata Warsono dalam sesi bertajuk Fast-Tracking the Green Power Energy: A Bold Acceleration.

PLN juga berencana untuk menyusun strategi transisi energi yang lebih komprehensif dengan memanfaatkan potensi EBT domestik secara optimal.

Di antaranya, perusahaan merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas total 13-14 Gigawatt, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai sumber energi terbarukan utama.

Selain itu, PLN akan memperkenalkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin, masing-masing dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 5 Gigawatt.

“Jadi ke depan kami membangun EBT itu sesuai dengan resources yang ada di Indonesia. Semua EBT kami optimalkan dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan,” ujar Warsono.

Meskipun PLN menunjukkan tekad kuat dalam meningkatkan porsi EBT, tantangan tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah ketidakcocokan antara lokasi suplai EBT dan daerah permintaan.

Misalnya, potensi suplai dari pembangkit geothermal sebagian besar berada di Sumatera dan Kalimantan, sedangkan permintaan energi terbesar berada di Jawa.

“Karena itu, kami akan membangun teknologi green enabler untuk sistem transmisi yang besar dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Batam, Bali, dan seterusnya sehingga nanti renewable energy itu bisa kita maksimalkan,” kata Warsono.

Baca juga: Katadata Insight Center Anugerahkan Katadata ESG Awards kepada 33 Perusahaan

Tantangan lain yang dihadapi adalah pendanaan untuk mendukung proyek-proyek pembangkit hijau. Warsono menyebutkan bahwa PLN akan memanfaatkan lebih banyak pendanaan dari sektor swasta dan sumber global, termasuk skema Just Energy Transition Partnership (JETP).

PLN dan pemerintah siap untuk bekerja sama dalam melaksanakan proyek-proyek yang termasuk dalam skema ini.

“Sekarang sudah mulai bergerak ke arah bagaimana untuk mengeksekusi karena bagaimanapun memulai sesuatu yang besar dimulai dari roadmap yang kuat dan salah satu yang perlu kita persiapkan ke depannya adalah terkait dengan regulasi transisi energi,” ujar Warsono.

Selain fokus pada pengembangan EBT, PLN juga menegaskan komitmennya untuk mendukung pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Warsono memastikan bahwa PLN tidak akan menambah pembangkit berbasis batu bara kecuali jika sudah memasuki fase konstruksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *