Rusia Bakal Rilis Vaksin TBC Pada Awal 2025

Moskow, Gatranews.id – Vaksin tuberkulosis (TB) diproyeksikan akan dirilis di Rusia pada awal tahun 2025. Kepala Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Aleksandr Gintsburg mengklaim bahwa vaksin tersebut telah melewati uji klinis tahap ketiga. Hal ini ia ungkapkan oleh pada Forum Healthy Life 2024 di Moskow pada Rabu (24/7).
“Jika semuanya berjalan sesuai rencana, negara ini akan memiliki vaksin booster sendiri pada pertengahan tahun 2025 yang akan melindungi masyarakat dari infeksi,” kata Gintsburg.
Ia menagatakan, vaksin tersebut ditujukan untuk satu kali suntikan. Uji klinis sudah berlangsung lama, dan mereka yang sudah menerima vaksin kini diawasi oleh dokter spesialis.
Gintsburg sebelumnya mengatakan bahwa suntikan baru tersebut berpotensi mengubah epidemiologi tuberkulosis.
Vaksin baru ini dilaporkan akan meningkatkan efek vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG), yang saat ini merupakan satu-satunya vaksin tuberkulosis yang tersedia dan dirilis lebih dari satu abad yang lalu.
Vaksinasi BCG hanya melindungi sebagian anak dari TBC dan tidak melindungi remaja dan orang dewasa dari penyakit tersebut.
Vaksin yang dikembangkan Gamaleya dilaporkan dapat digunakan tidak hanya untuk pencegahan tuberkulosis namun juga untuk pengobatannya. Saat ini tidak ada obat aksi ganda melawan Mycobacterium tuberkulosis di dunia. Selain itu, tidak seperti vaksin sejenisnya, vaksin ini merangsang respons kekebalan tubuh terhadap bakteri aktif dan bakteri “tidak aktif”.
Uji klinis menunjukkan bahwa vaksin baru ini tidak menimbulkan efek samping. Berbeda dengan BCG, obat ini dapat digunakan bila ada penyakit lain. Ini kompatibel, misalnya, dengan HIV.
Sebagai informasi, Gamaleya Center merupakan pencipta vaksin Sputnik V Covid-19, salah satu vaksin pertama yang dikembangkan di dunia pada Agustus 2020. Vaksin tersebut, yang telah menunjukkan kemanjuran hingga 97,8% tanpa efek samping yang serius, telah menginokulasi jutaan orang. masyarakat di hampir 70 negara yang telah menyetujui penggunaannya, antara lain Argentina, India, Serbia, Hongaria, Filipina, dan Uni Emirat Arab.