Mengenal Partai Politik Komunitas Jawa di Suriname: Sejarah, Perkembangan, dan Tantangan yang Dihadapi

Jakarta, Gatranews.id — Komunitas keturunan Jawa di Suriname, yang jumlahnya sekitar 13% dari total populasi, telah lama memainkan peran penting dalam perpolitikan negara tersebut. Sejak kedatangan mereka sebagai pekerja kontrak pada masa kolonial Belanda, orang Jawa tidak hanya berhasil mempertahankan identitas budaya mereka tetapi juga mencatatkan pengaruh yang signifikan dalam pembentukan kebijakan nasional Suriname.
Partisipasi politik orang Jawa di Suriname bermula pada akhir dekade 1940-an, ketika dua partai politik yang mewakili kepentingan komunitas Jawa muncul. Pertama, Kaum Tani Persatuan Indonesia (KTPI) yang didirikan oleh Iding Soemita pada tahun 1948, dengan tujuan awal memulangkan orang Jawa ke Indonesia. Kedua, Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname (PBIS), yang didirikan oleh Salikin Hardjo pada 1947, bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan dan integrasi komunitas Jawa di Suriname. Kedua partai ini mencerminkan dua visi berbeda dalam komunitas Jawa, yaitu yang ingin kembali ke Indonesia dan yang ingin tetap tinggal di Suriname dan membangun masa depan di sana.
Peta Politik Suriname Saat Ini
Politik Suriname kini didominasi oleh sistem multi-partai yang mencerminkan keberagaman etnis di negara tersebut. Beberapa partai besar yang berpengaruh antara lain Partai Reformasi Progresif (VHP) yang dipimpin oleh Chan Santokhi dan memiliki basis dukungan kuat di komunitas Hindustani, Partai Nasional Demokrat (NDP) yang dipimpin oleh Dési Bouterse dengan basis dukungan lintas etnis, serta Partai Nasional Suriname (NPS) yang lebih berfokus pada komunitas Afro-Suriname.
Namun, di antara partai-partai utama ini, Pertjajah Luhur (PL), yang dipimpin oleh Paul Somohardjo, tetap menjadi kekuatan politik yang sangat relevan bagi komunitas Jawa. Didirikan pada tahun 1998, PL bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan komunitas Jawa dalam politik Suriname secara lebih modern dan terbuka. PL telah berhasil memperoleh kursi penting di parlemen nasional dan turut berperan dalam koalisi pemerintahan.
Fragmentasi Politik dan Tantangan yang Dihadapi
Perjalanan politik komunitas Jawa di Suriname mengalami fragmentasi sejak dekade 1970-an. Pada tahun 1977, Paul Somohardjo mendirikan Partai Pendawa Lima yang kemudian berganti nama menjadi Pertjajah Luhur. Selain itu, partai-partai lain yang berbasis komunitas Jawa juga muncul, seperti De Nieuwe Stijl KTPI (NSK) dan Demokraten van de 21ste eeuw (D21), yang mencerminkan keberagaman pandangan di dalam komunitas Jawa terkait cara terbaik memperjuangkan kepentingan mereka.
Meskipun demikian, fragmentasi politik ini menyebabkan perpecahan suara yang mengurangi kekuatan politik komunitas Jawa secara keseluruhan. Selain itu, ada kritik yang menyebutkan bahwa kepentingan komunitas Jawa belum sepenuhnya terwakili dalam kebijakan nasional meskipun mereka telah menduduki posisi strategis dalam pemerintahan.
Tokoh-Tokoh Jawa yang Berpengaruh
Komunitas Jawa di Suriname telah melahirkan sejumlah tokoh penting yang turut membentuk wajah pemerintahan negara ini. Paul Somohardjo, yang mendirikan Pertjajah Luhur, pernah menjabat sebagai Ketua Parlemen Suriname (De Nationale Assemblée) pada periode 2005-2010. Selain Somohardjo, tokoh-tokoh lainnya yang juga berperan penting dalam pemerintahan termasuk Soewarto Moestadja, mantan Menteri Dalam Negeri Suriname, Hendrik Setrowidjojo, yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian, serta Raymond Sapoen, mantan Menteri Perdagangan dan Industri.
Selain kontribusinya dalam dunia politik, komunitas Jawa di Suriname juga berperan dalam mempertahankan budaya leluhur mereka, seperti bahasa Jawa, seni tari, dan wayang. Keberhasilan mereka dalam menjaga identitas budaya ini turut memperkuat posisi mereka dalam masyarakat multietnis Suriname.
Ke depan, komunitas Jawa di Suriname menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan fragmentasi politik yang menyebabkan perpecahan suara di antara partai-partai berbasis komunitas Jawa. Namun, dengan sejarah panjang dan pencapaian signifikan yang telah diraih, harapan besar muncul agar komunitas ini dapat lebih bersatu dan memperjuangkan kepentingan bersama secara lebih efektif.
Kebersamaan dalam visi politik menjadi kunci untuk memastikan bahwa komunitas Jawa dapat memperoleh posisi yang lebih kuat di pemerintahan Suriname. Dengan begitu, bukan tidak mungkin suatu hari nanti Suriname akan memiliki Presiden pertama keturunan Jawa yang dapat memperjuangkan kepentingan komunitas ini secara lebih luas.