February 6, 2025

Perang Sino-Vietnam 1979: Konflik Singkat yang Mengguncang Stabilitas Asia Tenggara

  • January 14, 2025
  • 3 min read
Perang Sino-Vietnam 1979: Konflik Singkat yang Mengguncang Stabilitas Asia Tenggara

Jakarta, Gatranews.id – Perang Sino-Vietnam yang meletus pada 17 Februari hingga 16 Maret 1979 menjadi salah satu konflik paling menegangkan dalam sejarah modern Asia.

Perang ini bukan hanya pertikaian bersenjata antara dua negara bertetangga, tetapi juga cerminan dari ketegangan geopolitik global pada puncak Perang Dingin.

Konflik ini melibatkan kepentingan ideologis, perebutan pengaruh, dan dampak yang bertahan dalam diplomasi regional hingga dekade berikutnya.

Latar Belakang Konflik: Persaingan Ideologi dan Perebutan Pengaruh

Akar konflik ini berawal dari persaingan ideologis dalam blok komunis global serta perebutan pengaruh di Asia Tenggara. Setelah berakhirnya Perang Vietnam (1955-1975), Vietnam muncul sebagai kekuatan militer tangguh yang didukung Uni Soviet, sementara Tiongkok di bawah Deng Xiaoping berusaha memperluas pengaruhnya di kawasan dengan mendukung rezim Khmer Merah di Kamboja.

Ketegangan memuncak ketika Vietnam menginvasi Kamboja pada Desember 1978 dan berhasil menggulingkan Khmer Merah yang dikenal dengan kebrutalannya dalam genosida.

Tiongkok yang merasa sekutunya tersingkir, menuduh Vietnam berusaha memperluas kekuasaannya di kawasan dengan bantuan Uni Soviet.

Ditambah dengan sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama di wilayah utara Vietnam, Tiongkok merasa perlu memberi “pelajaran” kepada Vietnam melalui aksi militer langsung.

Awal Pecahnya Perang: Invasi Tiongkok ke Vietnam Utara

Pada 17 Februari 1979, sekitar 200.000 tentara Tiongkok yang didukung artileri berat melancarkan serangan ke wilayah perbatasan Vietnam utara, termasuk provinsi Lang Son, Cao Bang, dan Lao Cai. Serangan ini dipimpin langsung oleh Deng Xiaoping dengan klaim sebagai respons terhadap “provokasi Vietnam.”

Namun, perlawanan Vietnam terbukti jauh lebih tangguh dari yang diperkirakan. Militer Vietnam yang berpengalaman setelah bertahun-tahun melawan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam, mampu memberikan perlawanan sengit. Tentara Vietnam menggunakan taktik gerilya, memanfaatkan medan yang sulit, dan dukungan dari penduduk setempat untuk menghambat gerak maju Tiongkok.

Meski Tiongkok berhasil menduduki beberapa kota perbatasan, pertempuran berlangsung dengan kerugian besar di kedua belah pihak. Setelah kurang lebih satu bulan, Tiongkok menarik pasukannya pada 16 Maret 1979 dan mengklaim kemenangan sepihak dengan alasan telah “mengajarkan pelajaran” kepada Vietnam.

Korban dan Kerusakan Akibat Perang

Perang singkat ini menimbulkan korban jiwa yang sangat besar di kedua belah pihak. Diperkirakan lebih dari 50.000 tentara Tiongkok dan 30.000 tentara Vietnam tewas atau terluka dalam konflik tersebut. Selain itu, banyak warga sipil yang menjadi korban akibat pertempuran yang terjadi di area padat penduduk.

Kerusakan infrastruktur di wilayah perbatasan juga signifikan, dengan banyak desa yang hancur dan ribuan warga mengungsi. Meski demikian, kedua negara menutupi data pasti mengenai jumlah korban demi kepentingan propaganda nasional.

Dampak Geopolitik dan Strategis

Perang Sino-Vietnam memiliki dampak besar di panggung internasional, terutama dalam dinamika Perang Dingin:

  1. Retaknya Hubungan Tiongkok dan Uni Soviet
    Konflik ini semakin memperburuk hubungan Tiongkok dan Uni Soviet yang sudah tegang. Uni Soviet mengutuk serangan Tiongkok dan meningkatkan bantuan militer kepada Vietnam sebagai bentuk perlawanan terhadap Tiongkok.
  2. Vietnam Semakin Mendekat ke Uni Soviet
    Agresi Tiongkok membuat Vietnam memperkuat aliansinya dengan Uni Soviet, yang memberikan bantuan militer dan ekonomi sebagai bentuk solidaritas komunis.
  3. Citra Tiongkok di Asia Tenggara Memburuk
    Tiongkok yang mencoba menunjukkan kekuatannya justru mengalami kerugian besar secara moral dan militer. Banyak negara di Asia Tenggara menjadi skeptis terhadap kebijakan agresif Tiongkok di kawasan.
  4. Perubahan Strategi Militer Tiongkok
    Kegagalan mencapai kemenangan mutlak membuat Tiongkok melakukan reformasi militer besar-besaran, termasuk modernisasi peralatan tempur dan pelatihan pasukan yang lebih efektif di tahun-tahun berikutnya.

Akhir Konflik dan Warisan Sejarah

Meski perang berakhir pada Maret 1979, ketegangan antara Tiongkok dan Vietnam tidak langsung mereda. Sengketa perbatasan terus berlanjut hingga awal 1990-an sebelum akhirnya kedua negara menandatangani perjanjian perdamaian.

Perang Sino-Vietnam menjadi pengingat penting tentang kompleksitas hubungan antarnegara di tengah ketegangan ideologis dan kepentingan geopolitik. Konflik ini membuktikan bahwa perang singkat dapat memiliki dampak jangka panjang, baik dalam hubungan bilateral maupun dinamika kekuasaan global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *