Ekspor Industri Pengolahan Naik, Tantangan Impor Tetap Menghantui

Bogor, Gatranews.id – Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa ekspor industri pengolahan mengalami peningkatan pada Agustus 2024. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ada kenaikan ekspor secara year-on-year. Meskipun demikian, ia menekankan pentingnya kebijakan internal untuk mendukung pertumbuhan industri di tengah tantangan global.
Menurutnya, meskipun pasar global berperan penting dalam pertumbuhan industri nasional, kinerja industri manufaktur tidak selalu terkait langsung dengan kondisi pasar ekspor.
“Ekspor kita memang naik, tetapi Purchasing Managers’ Index (PMI) justru turun. Ini menunjukkan ada masalah internal yang perlu segera kita tangani,” katanya di Bogor, Rabu (18/9).
Agus juga menyoroti masalah impor, baik legal maupun ilegal yang menjadi tantangan bagi industri dalam negeri. Impor barang murah, terutama yang legal, dinilai merugikan industri lokal.
“Industri kita kesulitan bersaing dengan barang-barang impor murah,” tambahnya.
Baca juga: Ekspor Capai Miliaran Dolar, IKM Furnitur Indonesia Makin Kompetitif di Pasar Global
Ia menegaskan bahwa pemerintah perlu mengarahkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri dalam negeri. Berbagai fasilitas, insentif, dan kebijakan pro-industri diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Selain itu, ia mengingatkan bahwa tidak selamanya pasar ekspor menjadi tolok ukur utama dalam menilai optimisme pelaku industri.
“Kita harus mencari cara lain di luar pasar global untuk mendukung industri dalam negeri,” kata Agus.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor Indonesia pada Agustus 2024 naik 5,97% dibanding Juli 2024. Dari US$22,24 miliar menjadi US$23,56 miliar. Dibanding Agustus 2023, ekspor naik 7,13%. Ekspor industri pengolahan nonmigas Januari–Agustus 2024 naik 2,05% dibanding periode yang sama tahun 2023.
“Peningkatan ekspor Agustus 2024 dibanding Juli 2024 disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas 7,43% dari US$20,81 miliar menjadi US$22,36 miliar,” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Jakarta, Selasa (17/9).
Pertumbuhan ini menjadi sinyal positif. Namun tantangan impor masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan industri.