Generasi Silver dan Indonesia Emas 2045, LD FEB UI Ulas Strategi Kebijakan Inklusif untuk Lansia

Jakarta, Gatranews.id – Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menggelar seminar bertema “Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045” yang berlangsung pada Jumat (30/8).
Seminar ini menjadi wadah diskusi mendalam mengenai pentingnya kebijakan menyeluruh untuk mengoptimalkan potensi usia produktif masyarakat Indonesia, dari masa prenatal hingga lanjut usia.
Dalam seminar tersebut, Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Prof. Suahasil Nazara, menggarisbawahi esensi dari investasi dalam fase-fase kritis kehidupan manusia. Beliau menekankan bahwa setiap upaya yang dilakukan di masa produktif akan memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang di masa tuanya.
“Investasi di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial yang adaptif, serta reformasi sistem pensiun memiliki peran krusial dalam mewujudkan silver demographic dividend yang berkelanjutan,” ujar Prof. Suahasil.

Topik yang dibahas oleh Prof. Suahasil dalam seminar ini berfokus pada tantangan yang dihadapi dalam mempersiapkan perawatan jangka panjang (Long Term Care) bagi lansia.
Beliau juga menyoroti bagaimana lansia harus dipandang tidak hanya sebagai beban, tetapi juga sebagai sumber daya yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat.
Sri Moertiningsih Adioetomo, Peneliti Senior sekaligus Guru Besar FEB UI, menambahkan bahwa peningkatan jumlah lansia di Indonesia tidak dapat dihindari, dengan proyeksi mencapai 20% dari total populasi pada tahun 2050.
“Seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang diperparah oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup tidak sehat sejak dini,” tutur Sri.
Penurunan kapasitas fungsional ini, menurutnya, merupakan tantangan serius yang membutuhkan perhatian khusus.
Lebih lanjut, Sri mengungkapkan bahwa kebutuhan akan perawatan jangka panjang (LTC) akan menjadi isu yang semakin penting, baik dari segi biaya maupun kebijakan.
“Beberapa alternatif pembiayaan LTC, seperti sistem asuransi sosial, Universal Coverage Tax Funded System, dan Safety Net Tax-Funded System. (Namun) kebijakan LTC di beberapa negara tidak selalu termasuk dalam cakupan jaminan kesehatan universal, sehingga negara-negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk kebutuhan ini,” jelasnya.
Sri juga memberikan contoh bagaimana di Jerman, klien LTC berkontribusi hingga 21,4% dari total biaya, sementara di Jepang kontribusinya mencapai 10%.
Ini menunjukkan adanya variasi dalam kebijakan dan pembiayaan LTC di berbagai negara yang dapat menjadi referensi bagi Indonesia.
Sementara itu, Ippei Tsuruga, pembicara dari Jepang, mengangkat isu penting mengenai perlunya reformasi sistem pensiun di Indonesia.
Mengingat perubahan demografis yang cepat, seperti peningkatan jumlah lansia dan dominasi pekerja sektor informal, reformasi ini dinilai sangat mendesak.
“Caranya, dengan merekomendasikan peningkatan kontribusi wajib pada skema pensiun untuk memperkuat jaring pengaman sosial bagi semua pekerja, baik di sektor formal maupun informal,” ungkap Ippei.
Ippei juga menekankan perlunya pengembangan skema pensiun sosial yang menyediakan manfaat tetap bagi seluruh warga negara, terutama untuk mengatasi kesenjangan akses manfaat pensiun. Menurutnya, skema ini akan membantu mereka yang tidak mampu berkontribusi secara konsisten tetap mendapatkan manfaat pensiun yang layak.
“Reformasi ini diharapkan dapat menciptakan sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia,” tambahnya.
Dengan kebijakan yang tepat, generasi silver dapat bertransformasi dari kelompok yang dipandang rentan menjadi kontributor utama dalam masyarakat, baik sebagai konsumen dengan daya beli tinggi maupun sebagai tenaga kerja berpengalaman.
Namun demikian, tantangan seperti rendahnya akumulasi kekayaan, diskriminasi usia, dan penurunan kesehatan masih harus diatasi dengan kebijakan yang efektif.
Sebagai penutup, Lembaga Demografi FEB UI merekomendasikan perlunya percepatan pembahasan RUU Kesejahteraan Lansia serta pembentukan unit khusus yang secara menyeluruh menangani isu-isu terkait lansia.
Rekomendasi ini diharapkan dapat memperkuat upaya pemerintah dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh generasi silver, sekaligus memanfaatkan potensi mereka secara optimal.