Jokowi dan Prabowo Sama-sama Haus Kekuasaan?
Jakarta, Gatranews.id – Pengamat politik dan kebangsaan, M Rizal Fadillah, menyampaikan kritik tajam terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang menurutnya memiliki ambisi kekuasaan yang sangat besar.
Dalam pandangannya, baik Jokowi maupun Prabowo, menggunakan segala cara untuk mempertahankan dan meraih kekuasaan, meski harus mengorbankan kepentingan rakyat.
Rizal Fadillah menyebutkan bahwa pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Prabowo Subianto terkait sosok yang “haus kekuasaan” secara tidak langsung mengarah pada Jokowi. Pernyataan tersebut muncul di tengah masa transisi politik yang penuh dengan spekulasi dan manuver.
“Tentu membuat tertegun sesaat setelah teka-teki Raja Jawa yang mengerikan diungkap Bahlil Lahadalia, kini muncul lagi teka-teki yang dilempar Prabowo soal orang yang haus kekuasaan. Pihak yang haus kekuasaan, menurutnya, dapat merugikan negara. Untuk kekuasaan, segala cara dilakukan, termasuk membeli dan melakukan operasi-operasi intelijen,” kata Rizal, merujuk pada kritik Prabowo saat penutupan Kongres VI PAN di Jakarta.
Rizal menilai bahwa pernyataan Prabowo tersebut merupakan sindiran langsung terhadap Jokowi, yang dinilainya sedang berupaya keras mempertahankan kekuasaan di akhir masa jabatannya.
Menurut Rizal, baik Bahlil maupun Prabowo, meskipun dengan pendekatan yang berbeda, menyinggung sosok yang sama, yaitu Jokowi, yang memiliki pengaruh besar dalam perpolitikan Indonesia.
“Bahlil dan Prabowo ‘mewekwek’ menyinggung orang yang punya kekuasaan. Bahlil menjilat, sedangkan Prabowo berkhianat,” lanjut Rizal.
Dalam analisanya, Rizal menggambarkan Jokowi dan Prabowo sebagai dua tokoh politik yang sama-sama haus kekuasaan, dan mengorbankan rakyat hanya sebagai batu loncatan untuk ambisi pribadi mereka. Menurut Rizal, keduanya telah menempatkan kepentingan rakyat dalam posisi yang terpinggirkan.
“Jokowi dan Prabowo sama-sama haus kekuasaan. Rakyat hanya diatasnamakan atau dijadikan batu loncatan. Prabowo pernah lari dan sembunyi dari rakyat pendukungnya sendiri demi kursi Menteri. Ambisi melompat ke tempat yang lebih tinggi,” ungkap Rizal.
Rizal juga menyoroti Prabowo yang menurutnya menggunakan hubungan dekatnya dengan keluarga Jokowi, terutama dengan Gibran Rakabuming Raka, untuk meraih posisi politik yang lebih tinggi. Hal ini, menurut Rizal, merupakan strategi Prabowo untuk mengamankan kursi kepresidenan.
“Strategi Prabowo untuk jabatan Presiden adalah dengan berlindung kepada Jokowi,” tambah Rizal.
Lebih jauh, Rizal menyoroti bahwa kondisi politik Indonesia saat ini dipenuhi oleh praktik pengkhianatan dan kepentingan pribadi. Ia menilai, para pemimpin politik, termasuk Jokowi dan Prabowo, telah mengabaikan kepentingan rakyat demi mempertahankan kekuasaan mereka.
“Rakyat dikhianati oleh partai-partai politik, DPR, dan lembaga-lembaga yang diberi amanah untuk melayani. Mereka hanya sibuk melayani kepentingan dirinya sendiri,” tutur Rizal.
Rizal menutup opininya dengan mengingatkan bahwa kekuasaan hanyalah ujian yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Menurutnya, menyalahgunakan kekuasaan akan berdampak buruk di masa depan, baik di dunia maupun di akhirat.
“Jokowi, Prabowo, dan pemimpin lain yang mengaku muslim lalu haus akan kekuasaan, sadarlah bahwa kekuasaan itu hanya ujian untuk ditunaikan sebaik-baiknya. Kelak di akhirat, itu semua bisa berakibat pada kesia-siaan dan penyesalan,” pungkas Rizal.