PEPS: Kepemimpinan Jokowi Telah Meredup
Jakarta, Gatranews.id – Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), menilai pengaruh Presiden Joko Widodo di kancah politik Indonesia telah meredup, khusunya sejak Sabtu (24/8).
Menurut Anthony, ada dua peristiwa besar yang menandai meredupnya kepemimpinan Jokowi. Peristiwa pertama adalah rapat konsultasi antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengakomodasi Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 60 dan No. 70 secara penuh. Putusan ini memiliki dampak signifikan terhadap beberapa tokoh politik yang dekat dengan Jokowi, termasuk putranya, Kaesang Pangarep.
“Peluang Kaesang untuk bisa ikut dalam pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia tampaknya sudah tertutup, mungkin untuk selamanya. Tanpa pengaruh kekuasaan ayahnya, Kaesang hanyalah seorang anak muda biasa, bukan siapa-siapa,” kata Anthony.
Selain itu, keputusan MK tersebut juga memungkinkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk mengusung calon kepala daerah tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain. Hal ini dinilai akan memperkuat posisi PDIP di berbagai daerah, meskipun hubungan Jokowi dengan PDIP kini sedang tidak harmonis.
“Upaya untuk mengucilkan PDIP yang kini menjadi rival Jokowi tampaknya kandas. Putusan MK ini justru memperkuat posisi PDIP,” tambah Anthony.
Selain itu, dampak keputusan ini juga dirasakan oleh Anies Baswedan, yang sebelumnya dianggap sebagai sosok yang berpotensi dihambat dalam pencalonan kepala daerah. Namun, dengan putusan MK ini, beberapa partai politik kini bisa mencalonkan kepala daerah tanpa perlu berkoalisi, yang berpotensi membuka jalan bagi Anies untuk kembali maju dalam Pilkada DKI Jakarta.
“Nampaknya, PDIP dan Anies Baswedan bisa bersatu dan menjadi kekuatan yang sulit dihadang oleh Jokowi dalam Pilkada Jakarta mendatang,” ujar Anthony.
Peristiwa kedua yang dianggap sebagai tanda meredupnya pengaruh Jokowi adalah kegagalan rencana untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Rencana ini, yang menurut Anthony, “gagal total”, mencerminkan bahwa Jokowi tidak lagi memiliki kekuatan politik yang dominan seperti sebelumnya.
“Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, yang sebelumnya diprediksi akan tersingkir, justru terpilih kembali sebagai Ketua Umum PKB. Ini menunjukkan bahwa pengaruh Jokowi mulai memudar,” jelasnya.
Anthony juga menyoroti bahwa beberapa upaya Jokowi untuk mempertahankan kekuasaan melalui tokoh-tokoh boneka di berbagai partai politik, termasuk di Golkar dan PKB, mulai mengalami kegagalan. Ia memprediksi bahwa pemimpin-pemimpin ini akan segera kehilangan kekuasaan mereka seiring dengan semakin merosotnya pengaruh Jokowi.
“Bahlil Lahadalia, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Investasi, mungkin akan segera terjungkal. Dengan hilangnya pengaruh Jokowi, waktunya tinggal dihitung hari,” prediksi Anthony.
Lebih lanjut, Anthony mengungkapkan bahwa situasi ini juga memengaruhi posisi Gibran Rakabuming Raka, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden. Gibran dinilai tidak memiliki dukungan kuat dari partai politik dan hanya menjabat berkat pengaruh ayahnya.
“Ketika pengaruh Jokowi meredup, Gibran juga akan terkucilkan. Tidak akan ada pihak yang berpihak padanya,” kata Anthony.
Menutup pernyataannya, Anthony menyatakan bahwa keluarga Jokowi dan para kroninya kemungkinan besar akan menghadapi berbagai gugatan hukum di masa mendatang. “240824 menjadi awal dari keruntuhan pengaruh dan kekuasaan Jokowi, yang akan bergulir dengan cepat menuju akhirnya,” pungkas Anthony.