May 21, 2025

Uji Klinis Fase 2 Vaksin Malaria Rampung

  • August 3, 2024
  • 3 min read
Uji Klinis Fase 2 Vaksin Malaria Rampung

Depok, Gatranews.idFakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan University of Oxford telah menyelesaikan uji klinis fase 2 untuk vaksin malaria baru yang dikembangkan oleh Sanaria Inc.

Penelitian ini menjadi istimewa karena melibatkan populasi yang belum pernah terpapar malaria sebelumnya.

Vaksin tersebut diuji pada tentara yang belum pernah terinfeksi malaria sebelum ditugaskan ke daerah berisiko tinggi, memungkinkan pengujian efektivitas vaksin dalam kondisi lapangan yang sebenarnya, kata Guru Besar FKUI sekaligus peneliti utama dalam riset ini, Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, di Kampus UI Depok, Jumat (2/8).

Uji klinis ini merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia-Pasifik dalam 30 tahun terakhir. Pengumuman resmi uji klinis ini dilakukan pada 27 Mei 2024.

Penelitian ini melibatkan kerjasama dengan Pusat Kesehatan Angkatan Darat (PUSKESAD) dan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan partisipasi 345 tentara Indonesia dari Batalion 132 di Bangkinang, Riau.

Para tentara dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menerima vaksinasi, sementara kelompok lainnya mendapatkan suntikan plasebo.

Para tentara kemudian diberangkatkan dari Bangkinang, sebuah wilayah bebas malaria, ke Kabupaten Keerom, Papua, yang merupakan daerah endemik malaria.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana vaksinasi berfungsi pada individu yang belum pernah terinfeksi malaria ketika mereka berada di daerah berisiko tinggi.

Proses vaksinasi dilakukan dari Mei hingga September 2022 sebelum para tentara ditugaskan ke Kabupaten Keerom.

Tim peneliti memantau dan menangani lebih dari 700 kasus malaria selama masa penugasan di Papua.

Setelah kembali ke Bangkinang, pengawasan berlanjut selama enam bulan, di mana tim peneliti menangani 300 kasus malaria selama periode tersebut.

Kedua vaksin yang diuji terbuat dari parasit malaria hidup yang dilemahkan dengan metode yang berbeda.

Parasit dalam Vaksin Sanaria® PfSPZ dilemahkan menggunakan radiasi, sementara parasit dalam Vaksin Sanaria® PfSPZ-CVac dilemahkan dengan obat klorokuin yang diberikan secara oral kepada partisipan studi.

Hasil uji coba menunjukkan bahwa vaksin Sanaria® PfSPZ aman dan dapat ditoleransi dengan baik, sama seperti plasebo yang berupa larutan garam fisiologis.

Vaksin Sanaria® PfSPZ-CVac juga terbukti aman dengan efek samping yang ringan.

Kedua vaksin ini memberikan perlindungan terhadap malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum yang ditemukan di Papua, meskipun vaksinnya terbuat dari jenis malaria yang berbeda.

Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH., MMB, menegaskan bahwa uji klinis fase 2 ini merupakan langkah penting dalam pengembangan vaksin malaria.

“Kami berharap uji klinis ini dapat berlanjut sehingga vaksin ini benar-benar bermanfaat dalam upaya pemberantasan malaria di Indonesia dan dunia,” ujarnya.

Direktur OUCRU Indonesia, Prof. J. Kevin Baird, menambahkan bahwa malaria adalah masalah besar di dunia, termasuk Indonesia.

“Pekerjaan kami di OUCRU Indonesia fokus pada kolaborasi dengan mitra lokal untuk menemukan solusi efektif bagi penyakit menular yang dapat diterapkan di seluruh dunia.

Keberhasilan uji klinis ini membuktikan kekuatan kemitraan tersebut dan merupakan langkah penting menuju eliminasi malaria,” jelasnya.

Kepala Medis Sanaria, Thomas L. Richie, menyatakan bahwa keefektifan vaksin lintas jenis sangat penting untuk eliminasi malaria global, mengingat banyaknya spesies malaria di dunia.

Berdasarkan temuan ini, pihaknya sedang mengembangkan vaksin generasi berikutnya bernama PfSPZ-LARC2 dengan harapan dapat menunjukkan hasil yang lebih baik lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *