Israel Bom Ibu Kota Lebanon
Beirut, Gatranews.id – Sebuah bangunan di Beirut, Lebanon, hancur akibat serangan yang diklaim Israel sebagai serangan yang menargetkan seorang komandan Hizbullah. Serangan ini menimbulkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas di kawasan tersebut.
Media Lebanon melaporkan ledakan terjadi di kawasan Haret Hreik, Beirut, pada Selasa (30/7) malam, sementara media Israel mengidentifikasi daerah yang menjadi target sebagai wilayah Dahieh. Belum jelas apakah pesawat atau drone yang digunakan dalam serangan tersebut.
Setidaknya dua orang tewas dan 20 orang lainnya terluka, termasuk anak-anak. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengkonfirmasi serangan tersebut dan menyatakan bahwa targetnya adalah komandan Hizbullah yang bertanggung jawab atas serangan pada hari Sabtu (28/7) di sebuah desa di Dataran Tinggi Golan.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa dengan menyerang desa Majdal Shams, Hizbullah telah melewati batas, sejalan dengan pernyataan dari Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.
Dua belas orang tewas di desa Druze, Majdal Shams, pada Sabtu (28/7), sebagian besar anak-anak, ketika sebuah roket menghantam lapangan sepak bola.
IDF menyalahkan Hizbullah, yang menyangkal bertanggung jawab. Kemdati demikian kelompok militan Syiah tersebut menyatakan bahwa mereka akan merespons setiap serangan Israel.
Media Israel menyebut target serangan sebagai Fuad Shukr, alias Hajj Mohsin, yang digambarkan sebagai penasihat senior pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, komandan proyek rudal presisi kelompok tersebut, dan orang yang dicari oleh AS karena perannya dalam pemboman barak Marinir pada tahun 1983 di Beirut.
Israel dan Hizbullah telah saling melancarkan serangan roket dan drone selama berbulan-bulan, memaksa evakuasi hampir 200.000 penduduk di kedua sisi perbatasan.
Israel telah mengancam operasi militer terhadap Hizbullah selama berbulan-bulan, bahkan ketika terus menggempur Hamas di Gaza.
Presiden Isaac Herzog mengatakan pada awal Juni bahwa agresi teroris Hizbullah harus dihentikan dan dunia tidak boleh terkejut ketika Israel bertindak.